Water treatment menjadi kebutuhan yang sangat mendesak bagi semua industri yang menggunakan air sebagai media tranfer panas (heat exchanger). Sebut saja beberapa industri yang menggunakan Cooling Tower, Chiller, Boiler ataupun Generator Set (Radiator). Mengapa dibilang kondisi yang sangat mendesak? Karena kandungan air khususnya di Indonesia saat ini sangat mengkhawatirkan.
Kualitas air saat ini semakin jauh dari standar yang harus digunakan oleh mesin-mesin pendingin yang melibatkan air sebagai media heat transfer (Cooling Tower, Chiller, Boiler, Generator Set/radiator). Akibatnya, nilai rupiah yang harus dikeluarkan untuk maintenance peralatan tersebut semakin hari semakin besar. Kerusakan yang paling sering terjadi adalah kebocoran dan kegagalan mesin akibat dari korosi dan kerak yang terdeposit hampir di seluruh sistem perpipaan terutamanya di tubing condenser sebagai spot utama proses heat transfer.
Jika kondisi mesin sangat baik, seharusnya kita dapat mendeteksi lebih dini dengan mengamati setting temperature. Jika temperatur setting tidak sesuai dengan yang dihasilkan oleh mesin, itu pertanda telah terjadi lapisan kerak yang menghambat proses heat transfer pada tubing condenser. Pada kondisi inilah telah terjadi inefisiensi energy (Lost Cost). Mesin akan terus merongrong untuk mencapai setting yang otomatis konsumsi listrik (ampere) juga naik. Komparasi ilustrasinya, sama dengan jika kita bepergian ke suatu tempat dengan kendaraan pribadi kemudian jalan yang kita lalui mengalami macet (lapisan kerak pada mesin) di beberapa titik, tentunya berapa kehilangan energi yang sudah kita habiskan. Bahan bakar menjadi boros, waktu banyak terbuang, tingkat stress meningkat sampai waktu pakai kendaraan yang tidak bertahan lama. Mari kita berhitung! Misal, untuk satu mesin, jika pada kondisi ideal (tidak ada lapisan kerak) mesin dapat bekerja sesuai setting dengan rata-rata ampere yang digunakan 450 A. Maka, jika terdapat lapisan kerak pada tubing condenser yang menghambat proses heat transfer nilai amperenya otomatis akan naik menjadi 460 A (perkiraan minimum), dalam kasus ini satu mesin telah loss 10 A. Bagaimana jika perhari menggunakan 3 – 4 mesin? Maka total loss energi mencapai 30-40 A/perhari. Kalikan dengan 1 bulan, menjadi 900 – 1200 A. Lalu kalikan dengan rupiah yang terbuang per bulan dan juga per tahun. Berdasarkan perhitungan kami pada kondisi di atas maka total kehilangan rupiah mencapai 15 juta/bulan dan setahun mencapai 180 juta/tahun per satu mesin. Total jika memakai 3 mesin maka kehilangan rupiah mencapai 540 juta. Sangat besar bukan? Dan itu belum termasuk biaya descaling pertahun, tingkat stress akibat complain dari tenant dan tenaga manusia yang terpakai hanya untuk mengurusi masalah mesin chiller atau cooling tower.