Jenis air di Indonesia merupakan jenis air yang sangat unik, karakter dan spesifikasinya sangat berbeda dari satu dengan lainnya, tergantung dari letak lokasi geografisnya. Pengaruh iklim dengan dua variasi musim yang berbeda sangat menonjol, yaitu musim penghujan dan musim kemarau yang akan member pengaruh yang sangat signifikan pada penentuan jenis airnya, seperti misalnya air sumber Jabotabek yang dipengaruhi oleh air sumber Jatiluhur atau air kawasan Tangerang yang dipengaruhi oleh sifat air sungai Cisadane dan sumber-sumber lainnya.
Dalam musim penghujan, pengaruh air hujan yang merupakan air distilat telah terkontaminasi dalam air kurang lebih 80%. Hal tersebut akan dapat memberi dampak korosif dalam kurun waktu 6 bulan, sedangkan di sisi lain pada 6 bulan berikutnya karena pengaruh musim kemarau, maka air akan terpengaruh menjadi air bertendensi berkerak.
Adanya dua musim ini memberikan suatu pengaruh sangat signifikan terhadap keberadaan air secara spesifik. Khususnya pada sektor-sektor Industri di Indonesia dalam kondisi ini pengoperasian system Sistem Pendinginan Evaporatif Terbuka di kawasan Jakarta, akan berpedoman pada air korosif selama kurang lebih antara 6 – 9 bulan dan disisi lain antara 3 – 6 bulan berikutnya merupakan air yang bergeser pada kecenderungan berkerak. Untuk menghadapi masalah-masalah ini, khususnya dalam rangka peningkatan efisiensi produksi, maka perlu diinovasikan suatu system pengoperasian Pendinginan Evaporatif Terbuka yang sangat efisien dan ekonomis. Untuk keperluan ini dapat kita tinjau kembali keberadaan Sistim Pendinginan Evaporatif dengan yang lebih mendasar, sehingga dapat menentukan sikap antisipasif yang harus dilakukan pada saat ini. Dalam kaitan ini, sangat perlu untuk meninjau dan mereview kembali program-program pengolahan air pada masa-masa yang lalu untuk dapat dibenahi dengan pengoperasian secara Teknis dan Teknologis Tepat Guna.